Senin, 07 Juli 2014

Yang kuat ya, nak!!

Assalamu'alaikum..

Alhamdulillah ketemu lagi sama Ramadhan. Untuk tahun ini saya ga puasa dulu soalnya lagi hamidun. Di saat kehamilan 34 minggu ini saya punya pengalaman ga enak. Ya, saya harus bedrest seminggu di rumah sakit. Bedrest ini yang kedua kalinya. Sebelumnya saya bedrest ketika usia kehamilan 13 minggu karena flek.

Hari jumat tgl 4 Juli 2014 ga ada yang istimewa. Sama kaya jumat-jumat sebelumnya, saya kontrol ke dokter kandungan. Jumat itu saya pergi ke rumah sakit naik taksi karena suami saya masuk kantor setengah hari. Seperti biasa dari rumah saya udah sarapan dan pas pergi saya siap dengan bawa cemilan. Karena perjalanan dari rumah ke rumah sakit macet,akhirnya bebe ngerasa kelaparan. Karena lagi bulan puasa, saya ga berani minta ijin ke sopir taksi untuk makan dan minum selama di perjalanan. Jam 11 siang ahirnya saya sampai juga di rumah sakit. Setelah daftar,saya disuruh naik ke lantai 2 untuk CTG. CTG itu semacam rekam jantung bayi,dikarenakan usia kandungan saya udah besar.

Oke, saya masuk ke ruangan observasi untuk dipasang alat CTG. Kebetulan suami juga sudah sampai di rumah sakit. Saya langsung rebahan di kasur (sebelumnya BAK dulu,karena prosesnya kurang lebih setengah jam). Setelah rebahan perut saya langsung dipasang alat. Langsung terdengar detak jantung bayi saya. Jedag-jedug-jedag-jedug.. Keraaasss sekali.. Perut saya seperti bergejolak karena gerakan bayi. Bayi saya seperti gelisah. Kenapa kamu,nak? Laper? Atau ga nyaman karena saya terlentang ( bayi saya suka ketika saya tidur miring)? Bidan yang datang memeriksa saya pun kaget dengan hasil CTG-nya. Mungkin saya kelaperan jadi bayi ga nyaman. Karena dari hasil CTG,saya mengalami kontraksi yang cukup sering padahal belum waktunya untuk lahiran. Pikiran saya kacau. Ahirnya saya pesan teh manis panas dan nasi goreng. Saya makan dengan lahapnya. Suami pun harus meninggalkan saya untuk solat jumat.

Setelah selesai makan saya disuruh berbaring ke arah kiri. Hidung saya dipasang oksigen. Mereka takut bayi saya kurang oksigen makanya gerakan dan denyut jantungnya tinggi sekali. Setelah suami datang,proses CTG yang kedua dimulai. Alat-alat mulai dipasang. Dan alat pun mulai merekam. Hasil yang kedua pun sama saja. Bahkan makin parah,padahal saya sudah makan. Perut saya kenceng,bayi gerakannya gelisah. Saya sudah tidak bisa mikir jernih. Setelah semua selesai,saya kembali ke lantai 1 untuk kontrol ke dokter kandungan. Dokter saya melihat hasil CTG dan bilang: "wah bu, ini udah kontraksi per 3 menit. Tapi belom waktunya lahir. Berarti ada sesuatu yg membuat bayi tidak nyaman." Beliau bilang, kontraksi bisa terjadi jika ada masalah THT,gigi bolong, dan keputihan..semua itu menyebabkan infeksi. Yak,saya mengalami gigi bolong dan keputihan. Ahirnya saya dicek melalui vagina dan benar saja,ada jamur-jamur membandel gara-gara saya memakai pantyliner selama hamil. Itu yang menyebabkan lembab dan jamur seneng tumbuh. Akhirnya dokter menyarankan saya dirawat di rumah sakit untuk dipantau kontraksinya. Dokter bilang:"kalo kontraksi terus terpaksa lahir sekarang ya bu." DUAAARRRR!!! Serasa ada bom jatuh di kepala saya. Bayi ini masih 34 minggu dan pari-paru belom sempurna. Ahirnya saya hanya bisa pasrah dan bilang "Iya,dok!". Dalam hati kecil saya,saya ga mau. Saya mau dia kuat dan sempurna baru lahir ke dunia. Saya bakal melakukan apapun untuk bebe saya.

Akhirnya jumat malam saya dirawat di rumah sakit. Suami pun hanya bisa pasrah. Dia selalu mendoakan agar saya kuat,saya harus menyugesti bayi kami agar dia pun kuat. Saya nangis. Suami bilang :" jangan nangis,sayang. Nanti bebe denger embunnya sedih." Dan saya cuma bisa pasrah,ditambah lagi gigi saya makin senut-senit.

Pengobatan untuk jamur-jamur adalah diolesin salep di daerah kewanitaan dan pakai sabun khusus setelah BAK. Untuk gigi,ahirnya saya dirujuk ke dokter untuk perawatan. Gigi yang bolong diobati dan ditambal. Baru kali ini saya tau kalo gigi bolong bisa menyebabkan kontraksi. 

Hari kedua masih ada kontraksi. Tapi tidak separah hari pertama. Saya hanya bisa berdoa anak saya kuat. Saya tau dia kuat. Saya harus kuat juga. Dia bergerak-gerak lincah dan tidak gelisah. Alhamdulillah itu kemajuan pesat buat saya walaupun sebenarnya tidak kontraksi karena dikasi infus duvadilan dan dikasi obat pematangan paru-paru,jika sewaktu-waktu bayi ini harus lahir. Saya berdoa-berdoa-berdoa terus,berharap bayi ini kuat dan menunggu saatnya lahir nanti.

Alhamdulillah hari ini hari ketiga. Setelah copot infus bayi saya gerakannya biasa. Denyut jantungnya normal,kontraksi hanya sekali tapi tidak mules. Dokter pun ahirnya membolehkan saya pulang besok. Tapi saya masih harus bedrest di rumah,tidak boleh kerja selama seminggu. Alhamdulillah... Nuhun Gusti Nu Agung!!

Sehat sehat terus ya,nak!! Embun yakin kamu kuat,nak!! Love u,bebe ❤️❤️

-rumah sakit,dingin abis ujan-