Saya dan suami di mobil pengantin. |
Suatu malam saya sakit perut yang benar-benar menyiksa. Kejadian itu terjadi setelah saya minum obat selama 3 minggu. Saya ga bisa tidur. Pagi-pagi saat saya bangun untuk buang air kecil tiba-tiba ada segumpal daging seperti kulit ayam. Ga ada rasa sakit sama sekali. Karena jadwal ketemu doketr sebulan sekali, akhirnya saya dan suami pergi untuk kontrol. Setelah diperiksa oleh dokter lewat USG ternyata kista saya sudah hilang. Alhamdulillah!! Saya benar-benar bersyukur, kista hilang berarti ga ada kata-kata "operasi". Tapiiiii ternyata eh ternyata saya juga menderita PCOs. Apalagi ituu??? Kayanya ga abis-abis yaa
PCOs kepanjangan dari Polycystic Ovary Syndrome. Singkatnya, sel telurnya kecil-kecil, banyak, tidak matang. Ciri-ciri penderita PCOs salah satunya adalah ada bulu-bulu halus di wajah (wanita berkumis tipis), haid tidak teratur, banyak jerawat. Dan ciri-ciri itu ada pada saya.
![]() |
Ovarium yang sel telurnya kecil-kecil dan banyak (PCOs). Sumber sini |
Okeee.. Karena udah tau saya punya penyakit PCOs, maka penanganan selanjutnya untuk promil (program hamil) adalah mengembalikan siklus haid saya supaya teratur. Saya dikasi pil KB agar hormon saya seimbang. Saya disuruh perbanyak olahraga, tidak boleh gendut, hindari daging-dagingan, perbanyak ikan-buah-sayur. Pil KB itu diberikan selama 3 bulan. Dan saya senaaaanngg sekali haid saya jadi teratur selama 3 bulan. Biasanya siklusnya panjang antara 30-41 hari menjadi 28 hari. Wajah saya juga jadi cling!, bersih. Selain pil KB saya juga dikasi obat untuk penderita diabetes, padahal saya bukan penderita diabetes. Katanya gemuk juga bisa menjadi pemicu PCOs. Padahal berat saya 52 kg.
Setelah 3 bulan memakai pil KB, saatnya saya minum obat penyubur. Sebenarnya obatnya ada banyak, tapi saya lupa. Pokonya sekali makan obat bisa 3-5 macam dan sehari 3x. Sebenenrnya kasian juga sama kerja ginjal. Nah, di saat saya sedang program penyubur sel telur, saya kemakan omongan orang. Ko bisa?! Jadi gini, kata temen kantor saya kalo makan vitamin e yang beredar di pasaran bisa buat subur. Jadilah saya makan vitamin e yang dijual bebas di pasaran. Jadi saya makan obat yang dari dokter (obat penyubur dll) sekaligus vitamin e itu. Bodohnya saya, saya ga nanya ke dokter apakah boleh nambah vitamin kaya gitu. Baru 3 hari makan vit e, saatnya jadwal saya kontrol ke dokter. Daaaannnn jengjeng *zoominzoomout, saya divonis OHSS. WHAATTT?? Apa lagi ituuu??
OHSS kepanjangan dari Ovarian hyperstimulation syndrome. Sel telur saya terlalu besar, raksasa malah kata dokter. Ada yang mencapai ukuran 3,5 cm dan itu ga cuma 1 tapi ada 4-5 buah di ovarium kanan-kiri. Saya nangis. Saya merasa ga kuat. Ditambah lagi saat itu (September 2012) teteh saya yang pertama sedang mengandung anak ketiga dan adik ipar saya sedang mengandung anak pertama. Saya mempunyai beban mental. Hancur rasanya obat penyubur itu jadi sia-sia cuma gara-gara makan vitamin tanpa nanya ke dokter. Hiks hiks hiks..
Setelah itu saya dikasi ga dikasi obat apa-apa, biar mengecil sendiri kata dokter. Sebulan kemudian OHSS saya menghilang, dan PCOs saya tetap. Akhirnya promil dimulai lagi. Obat penyubur dimakan lagi dan jadwal untuk berhubungan dengan suami pun dimulai lagi, sesuai jadwal yang dianjurkan dokter. Hidup saya jadi tergantung jadwal dari dokter. Saya bosan. 1,5 tahun saya berobat tanpa ada hasil yang signifikan dari PCOs saya. Akhirnya bulan Juni 2013 saya dan suami memutuskan untuk inseminasi buatan. Dokter Widyastuti menyarankan untuk ke dokter Tita di rumah sakit yang sama. Karena cek inseminasi bisa dilakukan atau engga pada saat haid, jadilah haid hari kedua saya ke Bandung naik kereta. Saya masih ingat, adik saya jemput di stasiun bandung langsung menuju rumah sakit dengan harapan bisa ketemu dokter Tita. Ternyata bukan seperti itu aturannya. Dokter Widyastuti harus memberikan surat rekomendasi barulah saya bisa ke dokter Tita. Akhirnya saya kejar dokter Widyastuti dan sialnya beliau sedang ada tindakan di RS lain. Saya juga hanya ijin sehari. Saya tunggu sampai jam 6 sore tidak ada tanda-tanda bisa cek untuk inseminasi. Dalam keadaan galau, kalut, sedih dll saya menelepon suami. Suami marah. Dia sampai bilang: "Udah lah, kamu pulang aja ke Jakarta. Kamu udah cape. Kita stop semua pengobatan kamu. Aku ga mau kamu sedih terus demi anak. Anak itu rejeki, kalo udah dikasi Allah pasti bakal ada di rahim kamu. Kamu kaya gini pun aku bakal tetep sayang kamu sampai kapan pun." Sooooo sweet suami saya. Love you, Agung Gunawan. Jadilah saya pulang ke Jakarta dengan hasil gagal inseminasi.
Panjang ya ceritanya. Untuk cerita yang selanjutnya saya lanjut besok.. Ciao!!
Haii mba,gmn promilnya? Mau ngikuti ikhtiar kelanjutan programnya.. sy jg mengalsmi hal serupa juga
BalasHapus